Refleksi 8 Tahun PMII Rayon Ekonomi : Menumbuhkan Kembali Ghiroh Semangat Berkhidmat yang Kini Mulai Luntur

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau biasa disebut dengan PMII merupakan sebuah organisasi yang sakral. Kenapa demikian? Bisa dilihat dari sejarah berdirinya yang menjadi bagian dari badan otonom Nahdlatul Ulama sudah barang tentu berdirinya pun telah mendapatkan do’a dan restu dari para ulama. Meskipun saat ini PMII menyatakan interdependensinya akan tetapi secara kultur historis maupun secara ideologis adalah tetap kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah an Nahdliyah. Berawal dari sini, seharusnya sahabat-sahabati semua bisa memahami bahwa PMII adalah organisasi yang bukan hanya sekedar  organisasi, melainkan ada kesakralan di dalamnya.

Berkhidmat di PMII sama halnya dengan berjihad di jalan Allah AWT, ini artinya siapaun yang benar-benar memiliki niat ikhlas untuk menghidupi PMII insyaallah akan mendapatkan keberkahan tersendiri.  Akan tetapi, semakin kesini pemahaman-pemahaman semacam itu sudah mulai luntur. PMII mulai dianggap hanya sebagai layaknya organisasi biasa, nilai-nilai kesakralan dan religiusnya sudah mulai terkikis. Hal ini bisa dilihat dengan kader-kader yang menganggap bahwa mengurusi PMII dirasa hanya sebagai beban dan hanya menjadi tanggung jawab formalitas saja. Semakin sedikit orang-orang yang sadar betul akan makna berkhidmat dalam PMII itu seperti apa.

Di usia PMII yang ke-62 tahun, terkhusus PMII Rayon Ekonomi yang sudah menginjak 8 tahun ini, penting kiranya kita semua merefleksikan diri sebagai kader-kader PMII. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang semestinya menjadi bahan perenungan.  Pertama, sudah seberapa dalam kita memahami makna berkhidmat dalam ber PMII? Kedua, sejauh manakah pengorbanan kita untuk PMII? Dan yang ketiga, sudah layak kah kita untuk diakui menjadi insan pergerakan sejati?

Kalau hanya mengaku dan menggembor-gemborkan “saya adalah kader PMII” itu sangatlah mudah, semua orang bisa mengaku sebagai kader PMII. Akan tetapi, coba lihatlah ketika PMII mengadakan rapat ataupun agenda kegiatan, kemana mereka yang menggembar-gemborkan dirinya sebagai kader PMII. Sangat miris memang, jumlah kuantitas yang PMII miliki seharusnya mampu dengan mudah mengembangkan organisasi, namun realita yang terjadi justru malah sebaliknya.

Padahal, sudah seharusnya sebagai kader-kader pergerakan memiliki niat ikhlas dan tulus dalam berkhidmat di PMII. Bukan hanya sekedar numpang nama atau hanya sekedar mengejar eksistensi. PMII adalah sakral, barang siapa yang dengan ikhlas berkhidmat  pasti akan mendapat keberkahan dan begitu pun sebaliknya, siapaun yang main-main apalagi memiliki niatan buruk pasti akan mendapat balasannya tersendiri. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menumbuhkan kembali semangat ghiroh berkhidmat di PMII sesuai dengan apa yang telah termaktub dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yakni Hablumminallah, Hablumminannas, dan Hablumminalalam. ( Ainun Naim : Ketua PMII Rayon Ekonomi 2021-2022)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *