HILIRISASI VS HULUIRISASI : ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAMPEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PERKONOMIAN DI SEKTORPERTANIAN

Di era globalisasi ini, ketahanan ekonomi suatu negara menjadi krusial dalam menghadapi dinamika kompleks pasar internasional. Untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan daya saing yang tinggi, negara-negara sering kali dihadapkan pada tuntutan untuk terlibat dalam strategi yang mampu meningkatkan nilai tambah produk dan mengintegrasikan diri dalam rantai produksi global. Salah satu pendekatan yang semakin mendapat perhatian adalah hilirisasi, suatu strategi yang menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah dalam proses produksi. Namun huluirisasi juga muncul sebagai pendekatan yang menarik, yaitu dengan menekankan pada pengembangan sektor hulu produksi guna memacu pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Program hilirisasi merupakan salah satu program yang diusung oleh Presiden Jokowi sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk atau komoditas dengan cara melakukan pengolahan lebih lanjut dari bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. Sedangkan konsep huluirisasi merupakan kebalikan dari konsep hilirisasi. Huluirisasi merupakan strategi mengembangkan sektor-sektor di hulu produksi dengan cara memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, menciptakan pekerjaan di sektor pertanian , dan membangun dasar ekonomi yang kuat.

Belakangan ini, sering terdengar istilah hilirisasi yang digaungkan oleh salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang dinilai dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi negara. Di sisi lain, banyak juga pihak yang mengkritik atau bahkan menentang gagasan hilirisasi tersebut. Tidak sedikit juga pihak yang menawarkan gagasan lain salah satunya ialah huluirisasi. Oleh karena itu dalam esai ini, kami akan melakukan analisis perbandingan untuk mengevaluasi keefektifan program hilirisasi dan huluirisasi dalam meningkatkan perekonomian negara, khususnya dalam konteks sektor pertanian. Hal ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengambil kebijakan atau mengatur regulasi di bidang pertanian.

Tinjauan Umum tentang Program Hilirisasi di Indonesia

Menurut Patunru (2015), hilirisasi sering disebut down streaming atau valueadding, yang artinya upaya meredam ekspor bahan mentah dan sebaliknya mendorong industri domestik untuk menggunakan bahan tersebut karena meningkatkan nilai tambah domestik (sembari menciptakan lapangan kerja). Hilirisasi menjadi program andalan pemerintahan presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode kedua. Berkali-kali Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi yang diklaim bisa memberi nilai tambah bagi
negara. Salah satunya dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih nikel mentah sejak 1 Januari 2020. Hilirisasi dipercaya menjadi batu loncatan Indonesia menjadi pusat produksi mobil listrik dunia di masa depan. Selain nikel,
ekspor bijih bauksit juga dilarang pada 10 Juni 2023 lewat undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas UU No 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Program hilirisasi pertanian di Indonesia merupakan salah satu dari 21 komoditas yang ditetapkan pemerintah untuk dilakukan hilirisasi, sejajar dengan sektor pertambangan, perkebunan dan kelautan. Di era globalisasi, terbuka luasnya peluang pasar bagi produk perdagangan, termasuk produk olahan berbasis pertanian disertai tingginya persaingan dan persyaratan kualitas produk. Ekspor produk pertanian seharusnya sudah beralih ke produk olahan. Pada kenyataannya, Indonesia merupakan negara pengekspor bahan mentah (raw material) dan sekaligus mengimpor kembali setelah berbentuk produk olahan (komoditi pangan, hortikultura, perkebunan maupun peternakan) (Rachmat et al, 2012). Program hilirisasi pertanian bertujuan untuk mengoptimalkan nilai jual produk pertanian, mengurangi ketergantungan impor, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong pengembangan hilirisasi pertanian. Upaya-upaya tersebut di antaranya adalah: (a) Pengembangan kawasan industri berbasis pertanian (food estate); (b) Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal bagi pelaku usaha hilirisasi pertanian; (c) Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia di sektor hilirisasi pertanian. Kebijakan-kebijakan tersebut telah menunjukkan hasil yang positif. Pada tahun 2022, nilai ekspor produk pertanian Indonesia mencapai Rp. 510,3 triliun, meningkat 23,7% dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, ada beberapa contoh program hilirisasi pada sektor pertanian yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, diantaranya : (1) Mendorong petani untuk merambah kesektor off farm atau pascapanen seperti mengolah beras menjadi tepung beras, jagung menjadi tepung jagung, atau susu menjadi keju; (2) Mendukung inovasi produk turunan dari komoditas pertanian, seperti pupuk organik pakan ternak, makanan olahan, farmasi, dan biofuel. Salah satu produk turunan yang sedang dikembangkan adalah porang, yang dapat diolah menjadi tepung porang, mie porang dan masker porang; (3) Menjamin ketersediaan pupukdan bibit yang mudah dan murah untuk petani, serta mengoptimalkan Bulog dan badan pangan untuk menjaga kestabilan harga pangan.

Tinjauan Umum tentang Huluirisasi

Huluirisasi merupakan istilah yang kami gunakan sebagai kebalikan dari hilirisasi, sehingga huluirisasi dapat diartikan sebagai suatu konsep yang menekankan pada pengembangan sektor hulu produksi sebagai landasan kuat bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan lebih mengembangkan sektor-sektor di hulu produksi, hal ini dapat membantu memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, menciptakan pekerjaan di sektor pertanian atau pertambangan, dan membangun dasar ekonomi yang kuat. Huluirisasi, atau fokus pada sektor hulu produksi, bisa menjadi strategi yang efektif karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Namun, keberhasilan huluirisasi juga bergantung pada faktor-faktor seperti investasi dalam teknologi, pengembangan infrastruktur, dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor hulu.

Huluirisasi pada sektor pertanian dapat diwujudkan melalui beberapa langkah strategis, diantaranya yaitu : (a) Pengembangan infrastruktur pertanian yang berupa investasi dalam infrastruktur seperti irigasi, jalan, dan gudang penyimpanan yang dapat
meningkatkan produktivitas pertanian dan membantu petani dalam mengelola produksi mereka; (b) Pendidikan dan Pelatihan Pertanian yang beupa program pendidikan dan pelatihan yang fokus pada teknik pertanian modern, manajemen sumber daya, dan penggunaan teknologi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan petani, meningkatkan efisiensi, dan memperkenalkan inovasi dalam praktik pertanian; (c) Akses ke Pasar Global dan mendorong ekspor produk pertanian dengan memenuhi standar internasional, mempromosikan merek lokal, dan memanfaatkan peluang pasar global untuk meningkatkan pendapatan sektor pertanian; (d) Teknologi Pertanian dengan memanfaatkan teknologi modern seperti sensor pertanian, analitika data, dan sistem informasi geografis untuk meningkatkan efisiensi produksi, manajemen sumber daya, dan prediksi hasil pertanian; (e) Kredit dan Dukungan Keuangan dengan menyediakan akses yang mudah ke kredit dan dukungan keuangan untuk petani agar mereka dapat mengembangkan usaha mereka, meningkatkan kapasitas produksi, dan berinvestasi dalam teknologi baru

Beberapa negara telah berhasil menerapkan konsep hulurisasi pada bidang pertanian, diantaranya seperti Brasil. Brasil memiliki strategi hulurisasi yang terfokus pada sektor pertanian, terutama dalam produksi kedelai. Dengan mendorong petani untuk meningkatkan produksi dan pengolahan kedelai di tingkat lokal, Brasil berhasil meningkatkan kemandirian pangan dan nilai tambah dalam rantai produksi pertanian. India juga memiliki inisiatif hulurisasi dalam sektor pertanian. Upaya-upaya ini mencakup pemberian bantuan kepada petani untuk meningkatkan teknik pertanian, promosi penggunaan teknologi modern, dan pengembangan infrastruktur pertanian untuk mendukung produksi di tingkat hulu. Thailand adalah contoh lain yang mengadopsi strategi hulurisasi dalam sektor pertanian, terutama dalam produksi tanaman pangan seperti padi dan tebu. Program pembinaan petani, pengembangan varietas unggul, dan investasi dalam teknologi pertanian menjadi bagian dari strategi ini.

Analisis Efektivitas antara Program Hilirisasi dengan Huluirisasi di Sektor Pertanian

Dalam analisis ini, akan terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing program. Pilihan antara huluirisasi dan hilirisasi akan sangat tergantung pada kondisi, kebutuhan, dan tujuan spesifik dari suatu negara. Kombinasi dari kedua pendekatan ini juga dapat menjadi solusi yang efektif, di mana pengembangan sektor hulu dapat dilengkapi dengan pengembangan industri pengolahan yang terkait. Sehingga, penerapan strategi ini memerlukan evaluasi yang cermat dan penyesuaian dengan konteks lokal untuk mencapai hasil yang optimal dalam meningkatkan perekonomian sektor pertanian.

Kelebihan dari Huluirisasi antara lain ialah : (1) Penguatan Ketahanan Pangan yang mana fokus pada pengembangan sektor hulu produksi dapat meningkatkan ketahanan pangan negara dengan memperkuat produksi dan keberlanjutan sistem pertanian; (2) Pemberdayaan Petani melalui program huluirisasi yang cenderung lebih memberdayakan petani dengan meningkatkan akses mereka terhadap teknologi, pelatihan, dan infrastruktur pertanian; (3) Penurunan Ketergantungan pada Impor yaitu dengan meningkatkan produksi di tingkat hulu, negara dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan pangan dan meningkatkan kedaulatan pangan.

Kekurangan dari Huluirisasi diantaranya seperti : (1) Tantangan Peningkatan Nilai Tambah dengan hanya fokus pada sektor hulu mungkin kurang efektif dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian, yang sering kali terjadi pada tahap hilir
produksi; (2) Keterbatasan Pasar Lokal melalui peningkatan produksi di tingkat hulu dapat menghadapi kendala dalam akses pasar lokal yang terkadang lebih terbuka terhadap produk olahan atau impor; (3) Pengembangan Infrastruktur Tambahan implementasi program huluirisasi memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur pertanian, terutama di daerah pedesaan.

Kelebihan dari Hilirisasi antara lain ialah : (1) Peningkatan Nilai Tambah, hilirisasi memungkinkan negara untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui pengolahan lebih lanjut dan diversifikasi produk; (2) Diversifikasi Ekonomi, program hilirisasi membuka peluang untuk diversifikasi ekonomi dengan mengembangkan sektor industri pengolahan dan manufaktur; (3) Daya Saing Global, produk olahan cenderung memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar global, membuka peluang untuk ekspor dan pendapatan devisa negara.

Kekurangan dari Hilirisasi diantaranya seperti : (1) Ketergantungan pada Pasokan Bahan Baku, jadi terkadang hilirisasi bisa membuat negara lebih bergantung pada impor bahan baku pertanian, terutama jika produksi lokal tidak mencukupi; (2) Kesulitan Pemberdayaan Petani, karena peningkatan fokus pada industri pengolahan mungkin mengarah pada kurangnya dukungan bagi petani di tingkat hulu produksi; (3) Peningkatan Risiko Pasar Global, dengan bergantung pada ekspor produk olahan dapat meningkatkan eksposur terhadap fluktuasi harga dan permintaan di pasar internasional.

Secara umum, kedua program tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Program huluirisasi lebih berfokus pada peningkatan produktivitas pertanian, sedangkan program hilirisasi lebih berfokus pada peningkatan nilai tambah produk pertanian. Dari segi efektivitas, program hilirisasi memiliki potensi yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini karena program hilirisasi dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian, sehingga pendapatan petani dapat meningkat. Selain itu, program hilirisasi juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mengurangi pengangguran di pedesaan. Namun, program hilirisasi juga memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan program huluirisasi. Hal ini karena program hilirisasi membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang maju, dan sumber daya manusia yang terampil

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa program hilirisasi memiliki potensi yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani, namun juga memiliki tantangan yang lebih besar. Melalui analisis perbandingan ini, kita dapat menyelidiki kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan dalam meningkatkan perekonomian negara, khususnya dalam sektor pertanian. Pemahaman yang mendalam terhadap dinamika ini akan membantu perumusan kebijakan yang lebih terarah dan efektif sesuai dengan konteks dan kebutuhan negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar bagi program hilirisasi, agar dapat mencapai tujuannya. Diantaranya seperti memberikan insentif fiskal dan nonfiskal bagi pelaku usaha hilirisasi pertanian, melakukan riset dan pengembangan untuk mengembangkan teknologi hilirisasi pertanian yang tepat guna, meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia di sektor hilirisasi pertanian. Dengan dukungan yang lebih besar dari pemerintah, diharapkan program hilirisasi dapat memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan petani dan perekonomian nasional.

Penulis : Mohammad Hafiid Rafian Febriyanto dan Ahmad Misbakhul Munir

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *