Kenaikan harga BBM Subsidi disikapi oleh PMII Rayon Ekonomi Syariah melalui dengan menggelar Forum Group Discussion (FGD) mengundang sejumlah pihak di Nirwana Ngaliyan, Senin (5/9/2022).
Focus Group Discussion tentang kenaikan harga BBM subsidi digelar oleh Lembaga Kajian dan Jurnalistik (eLKJ) PMII Rayon Ekonomi UIN Walisongo Seamarang tersebut dihadiri perwakilan masing-masing divisi, Ketua Rayon, serta sejumlah aktivis mahasiswa.
Hadir pula saudara Bintang Mahardika (eks aktivis PMII Rayon Ekonomi) sebagai pemantik dalam FGD yang bertopik “BBM Naik Siapa Yang Rugi?” dengan sub pembahasan menyikapi dampak kenaikan BBM dalam perspektif Mahasiswa.
Forum group Discussion atau FGD dipimpin oleh anggota divisi Kajian eLKJ saudara Tegar Arya Affandy sebagai moderator, dengan diskusi yang cukup alot antara kubu pro dan kontra terhadap kebijakan subsidi BBM.
Hanif perwakilan dari Divisi Kajian sebagai kubu pro pemerintah mengatakan kenaikan harga BBM subsidi sangat diperlukan dan harus diapresisasi oleh seluruh elemen, mengingat kebijakan yang ditetapkan melalui jumpa pers di istana kepresidenan kemarin telah dilakukan kajian yang sangat mendalam.
Hanif menambahkan alasan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi didasari oleh tiga faktor penting; pertama, Harga pangsa pasar untuk minyak mentah dunia telah mengalami kenaikan secara median, kedua jumlah konsumsi masyarakat Indonesia yang semakin tahun semakin besar ditambah faktor pasca pandemic Covid-19, ketiga Devisitnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bila subsidi BBM tidak dinaikkan, anggaran subsidi yang ditanggung oleh pemerintah kini telah naik sampai Rp 502,4 Triliun dari Rp 152,5 Triliun. Terdiri dari subsidi untuk BBm dan LPG dari Rp 77,5 Triliun menjadi 149,4 Triliun, listrik Rp 56,5 Triliun ke 59,6 Triliun.
Sedangkan Ketua dan Wakil PMII Rayon Ekonomi sahabat Iqbal dan Rizqon sebagai kubu oposisi pemeritah menyatakan ketidak setujuan dengan alasan ketidak logisannya pemerintah dalam menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM subsidi dinilai terlalu terburu-buru dan menyusahkan masyarakat menengah-kebawah. Alih-alih mencari win win solution daripada menaikkan adagium kapitalisme yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Mereka melanjutkan, masih ada solusi lain seperti segera mempercepat RUU Migas, membuat sistem distribusi yang lebih baik, bekerja sama dengan kompolnas dan masih banyak opsi lagi. Problem subsidi ini dinikmati 86% oleh masyarakat berkecukupan bukan suatu alasan yang patut dipertimbangkan hanya untuk menaikkan harga BBM.
Saudara Bintang Mahardika sebagai pemantik menengahi perdebatan ilmiah dalam Forum Discussion dengan mengeluarkan statement cermelang berupa penuntutan tidak sepihak dan anarkis terhadap kebijakan ini.
Saudara Bintang menilai sebagai mahasiswa agent of change dituntut untuk berfikir kritis akan tetapi harus diimbangi dengan peningkatan lierasi dan analisis. Yang menjadi hal terpenting dalam kasus ini adalah kita tidak boleh hanya mengkritisi pemerintah tanpa adanya pengawasan yang jelas.
Salah satu solusi yang ditawarkan saudara Bintang terhadap dua kubu adalah adanya Re-alokasi dana terhadap proyek mercusuar yang bersifat sekunder bahkan tersier.
Di akhir Forum Group Discussion Moderator Tegar mengakhiri jalannya diskusi yang lumayan cukup untuk suplemen intelektualitas kader PMII Rayon Ekonomi. ( Hanif Annasih )