Menjadi Mahasiswa Ekonomi Milenial

Oleh : Bintang Mahardika Putra Bangsa

Pada masa awal-awal tahun ajaran baru seperti saat-saat ini, kampus mempunyai satu hajat besar yang dinamai ospek atau mempunyai banyak istilah istilah lainya, lucunya dalam acara ospek ini banyak sekali kata-kata mutiara atau doktrin-doktrin yang disampaikan oleh seorang senior kepada junior-juniornya yang masih lugu, jargon-jargon seperti “hidup mahasiswa” “hidup rakyat indonesia” kalau di organisasi kita ini ada “salam pergerakan” selalu terdengar tidak lupa penanaman idealisme bahwa sebagai mahaiswa kita memegang peranan penting dalam kehidupan bernegara karena mahaiswa di cap sebagai “Agent of control” atau “agent Of change,tapi pada kenyataan nya banyak hal yang berubah.


Lantas apa sebenarnya esensi dari mahaiswa adalah agen kontrol atau agen perubahan di masyarakat.Banyak pendapat sebenarnya terkait mahasiswa itu sendiri tetapi bagi saya sendiri menjadi mahasiswa berarti menjadi bagian dari masyarakat yang memberikan manfaat kepada masyrakat lainya dengan berbagai karya nya. Mahasiswa lahir dari masyarakat dan sudah sepatutnya mahasiswa berperan aktif di dalam membela kepentingan masyarakat untuk kemajuan bangsa ini.


Mahasiswa tidak sepatutnya hanya sekadar menuntut ilmu dan mencari IP setinggi-tingginya tetapi melupakan perannya yang signifikan dalam membangun bangsa ini.Aktivitas yang dilakukan mahasiswa seharusnya tidak hanya belajar memahami mata kuliah yang diajarkan dosen dan mengerjakan tugas kuliah tetapi mahasiswa harus berkontribusi nyata dalam membela kebutuhan rakyat. Karena mahasiswa adalah salah satu unsur terpenting dalam pembangunan bangsa.

Lantas apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiwa ekonomi,apalagi yang turut dalam organisasi PMII (pergerakan mahasiswa islam Indonesia) tentu saja harus menjadi Penggerak khususnya dalam roda pembangunan ekonomi negara.


Perlu disadari bahwa peran mahasiswa penting, kenapa? Hal ini dikarenakan mahaiswa adalah kelompok intelektual yang tidak dipengaruhi oleh pihak manapun, sesuai dengan kata-kata salah seorang pejuang Indonesia yaitu Tan Malaka “idealisme adalah kemewahan terkahir yang dimiliki anak muda” dalam hal ini dititik beratkan kepada mahasiswa, Idealisme yang dimiliki mahasiswa membuatnya semangat melakukan perjuangan terhadap kebenaran yang dia yakini. Mahasiswa tidak pantang menyerah dan tidak takut terhadap apapun dalam menyampaikan aspirasi yang mereka miliki.karena meraka membela yang benar.Pandangan, pemikiran dan sikap mahasiswa inilah yang dibutuhkan dalam mewujudkan Indonesia yang progresif dan inovatif.


Menjadi mahasiwa ekonomi di era milenial
Pada era digital saat ini mahasiswa sebagai generasi milenial dituntut untuk bisa adaptif dan inovatif menghadapi tantangan zaman, tentu saja punya peran penting dalam menggerakkan ekonomi Indonesia ke depan.Apalagi, dengan perkembangan dunia digital seperti sekarang ini. Segala aktivitas mahasiswa saat ini yang selalu bersentuhan dengan internet. membawa perubahan pada gaya hidup terutama dalam ranah gerakan, Internet tidak hanya sekedar merubah gaya hidup tapi juga peradaban dan generasi. Generasi milenial tumbuh kreatif dan berinovasi lewat digital. Generasi milenial membentuk ekonomi Indonesia dengan teknologi.


Karena Lahir dan tumbuh dengan nyaman dalam lingkungan serba digital. Melalui internet, berbagai aktivitas dalam kehidupan mereka lebih mudah. Mahasiwa Milenial juga menemukan caranya sendiri untuk terhubung dan terkoneksi dengan orang lain lewat social media. Tidak ada lagi jarak, dan semua saling terkoneksi. Mereka merubah tatanan nilai dan gaya hidup selama ini menjadi serba digital. Adanya adaptasi teknologi, ide kreatif dan orisinil untuk mengakomodir semua aktivitas mereka jadi lebih mudah, muncul berbagai inovasi gaya hidup digital yang revolusioner. Adaptasi digital yang tinggi ini telah membawa perubahan gaya hidup digital dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari, dari cara berkomunikasi, interaksi melalui jejaring social, transaksi pembayaran hingga belanja kebutuhan sehari-hari. Dari sini tercipta ekosistem digital yang membentuk masyarakat milenial di Indonesia.


William Tanuwijaja, founder dan leader Tokopedia yang juga mewakili generasi milenial, melakukan gerakan perubahan di e-Commerce. William memimpin pasukan millenials di Tokopedia untuk terus menciptakan nilai tambah bagi para seller dan pelanggan Tokopedia. Tidak hanya di perekonomian, banyak perubahan yang dibawa oleh millenials menggunakan platform digital. Kehadiran start up mengikuti perubahan gaya hidup generasi milenial membuat populasi mereka menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru. Kedepannya, merekalah penggerak roda perekonomian Indonesia.


Tidak hanya itu, Gojek yang juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan para supir ojek, telah menciptakan trend baru di Indonesia yang mana millenials berlomba-lomba untuk menciptakan karya yang berdampak bagi masyarakat luas. Ditambah maraknya market place di Indonesia seperti Tokopedia, Bukalapak, dan sebagainya. Hal ini juga menciptakan kaum milenial berjiwa entrepreneur yang sukses dan mendukung pertumbuhan nilai bisnis eCommerce di Indonesia.


Pada era revolusi industri 4.0 yang saat ini kita hadapi masa depan Indonesia bertumpu pada generasi muda. Kreativitas dan inovasi generasi muda akan melahirkan berbagai sumber ekonomi baru yang akan menjadi motor penggerak ekonomi bangsa di era Revolusi Industri 4.0. Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir pada acara wisuda Institut Teknologi Del, Sitoluama, Toba Samosir, Sumatera Utara. Menristekdikti mengungkapkan “Unicorn” startup Indonesia didominasi hasil pemikiran anak muda. Menteri Nasir menambahkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia,hendaknya dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada, sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.


Maka perlu disadari bahwa menjadi mahasiwa ekonomi milenial yang dibutuhkan tidak hanya “pintar” secara nilai atau IPK tetapi pemikiran yang inovatif dan kreatif lah yang lebih menjadi kebutuhan Indonesia saat ini. Apalah artinya menjadi pintar jika pintar itu nantinya tidak menjadi kebermanfaatan bagi masyarakat, tetapi menjadi pintar hanya untuk diri sendiri.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *