STRATEGI PENGEMBANGAN PMII DI KAMPUS

Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia (PMII) merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan yang anggotanya adalah mahasiswa islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljamaa`ah Annahdliyah .Organisasi ini dirancang sebagai instrument perubahan social. Dalam perjalanan dimulai dari lahirnya sampai sekarang hambatan maupun masalah sudah barang tentu yang tidak dapat dihindarkan namun dengan semua itu dapat terbentuk pergrakan yang kuat dan memegang teguh ideologisnya ada hingga saat ini.

Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan suatu gagasan, perencanaan dan tindakan/aktivitas dalam jangka waktu tertentu (Wikipedia). Setiap perjalanan tentu memiliki tujuan begitu juga dengan PMII selain memiliki tujuan besar yang temaktub dalam AD/ART Ayat 4, juga memiliki tujuan lain salah satunya berembangknya PMII di kampus baik Swasta maupun Negeri, dan strategi merupakan serangkaian cara yang di gunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Selaras dengan tujuan tersebut PMII dituntut untuk membuktikan bahwa arah gerakannya memanifestasikan cita-cita yang dihrapkan. Sebagai organisasi yang arah pergerakanya bersandar pada aspek Kemahasiswaan, Keislaman dan Keindonesian, maka aktualisasi gerakan PMII juga mencirikan ketiga aspek diatas.

Berkembangkangnya PMII menjadi tanggung jawab bagi seluruh kepengurusan. pengembangan merupakan suatu yang berkaitan dengan perencanaan program jangka panjang dan jangka pendek untuk mewujudkan tujuan organisasi. Dan strategi pengembangan PMII sendiri adalah serangkaian cara yang tersusun rapi yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah dan teratur utuk memperkenalkan dan menyebarkan PMII terhadap calon kader PMII di wilayah kampus baik tingkat komisariat atau Rayon.

Pengembangan PMII di wilayah kampus yang mayoritas ber PMII, menjadi tugas Rayon/komisariat apabila di komisariat sudah terbentuk rayon dan apabila dikampus belum. ada rayon maka proses pengkaderan menjadi tanggung jawab komisariat. Baik komisariat atau rayon keduanya merupakan ujung tombak dan jantung pengkaderan apabila pada rayon dan komisariat tidak melakukan proses kaderisasi maka tidak akan ada lagi genarasi generasi penerus perjuangan, maka pengurus rayon dan komisariat berkewajiban menyelenggarakan pengkaderan. Dalam melaksanakan pengakaderan PMII memiliki jenjang pengkaderan formal yaitu MAPABA, PKD dan PKL yang ketiganya saling berkaitan.

Dalam pelaksanaan pengembangan PMII di dalam kampus yang dilaksanakan oleh rayon atau komisaiat orientasinya adalah jumlah kuantitas dan kualitas kader. Yang mana keduanya saling bepengaruh, dan terciptanya sebuah iklim organisasi yang kondusif, kompetitif secara sehat. Sehingga tujuan dan arah gerak organisasi terwujud dengan mudah. Dan dalam penyusunan strategi pengembangan PMII di dalam kampus maka perlu kirannya melihat latar belakang kampus tersebut menganlisa kekuatan dan kelemahan dan mencari celah agar PMII dapat masuk di dalam kampus tersebut dengan mudah.

Kader PMII mempunyai tanggung jawab ganda yaitu tanggung jawab sebagai kader PMII dan tanggung jawab sebagai Mahasiswa, sebagai kader PMII bertanggung jawab atas kemajuan dan berkembangnya PMII dan sebagai mahasiswa kampus bertanggung jawab melaksanakan tri dharma perguruan tinggi yang sebenarnya tugas pada keduanya memiliki benang merah yang dapat ditarik kesamaannya. Maka dari itu dalam PMII diranah Rayon atau Komisariat mempersiapkan kader-kadernya untuk menduduki tempat strategis dalam organisasi intra kampus. Serta mewadahi setiap keterampilan kadernya,kaderisasimerupakan hal penting dalam sebuah organisasi karena berfungsi untuk mempersiapkan calon pemimpin yang siap melanjutkan estafet perjuangan orga- nisasi untuk mencapai tujuannya, seperti apa yang disampaikan Rivai (2006:85) bahwa kaderisasi merupakan proses atau kegiatan pembentukan seseorang menjadi kader. Begitu juga dengan Roy Macridis (dalam Efriza, 2012:232) menjelaskan pengertian kaderisasi untuk menunjuk pelatihan dan persiapan kepemimpinan yang terbuka untuk masyarakat.

Kader yang berkualitas tidak didapat secara instan dan cepet, namun melalui proses yang panjang dan mem- butuhkan waktu yang lama, seperti yang diungkapkan Si- tompul (2008:92) dalam proses kaderisasi ini memerlukan pembinaan jangka panjang dengan program yang teratur berencana, sistematis, dan berkelanjutan. Teori tersebut  sejalan dengan proses kaderisasi yang ada di dalam PMII, di mana upaya mencetak dan melahirkan kader berkualias dilakukan melalui beberapa tahap, dimulai dari perekrutan, pendidikan, dan pengabdian ketika sudah menjadi alumni, sedangkan dalam pendidikan itu sendiri terdapat bebera- pa bentuk kaderisasi, baik itu formal, nonformal, maupun informal.

Dalam pelaksanaan proses pengembangan PMII di kampus harus memperhatikan dan memahami situasi dan kondisi yang ada dan proses tersebut tidak selalu berjalan mulus, ada banyak kendala yang ditemui baik tingkat rayon maupun komisariat.

Kurangnya pengenalan PMII menjadi salah satu kendala dalam proses pengembangan itu sendiri karena sebagian anggota PMII belum mengenal dan mengetahui organisasi PMII, mereka hanya ikut ikut teman unuk ikut MAPABA dan bahkan setelah MAPABA tak sedikit dari mereka yang jarang mengikuti serangkaian kegiatan yang dilakukan PMII itu sendiri missal, diskusi, sekolah sekolah, kepanitiaan, dan sebagainya.

Dari anggota, kader, maupun pengurus PMII biasanya kurang bisa mengatur efisiensi waktu dalam mengatur agenda yang telah dirancang. Hal ini yang membuat orang orang beranggapan bahwa PMII itu tidak tepat waktu, dan mungkin membuat kader PMII itu sendiri malas untuk mengikuti sebagian acara karena beranggapan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Kurangnya pendampingan bagi anggota yang masih butuh bimbingan, yang harus diajak jika ada suatu agenda, karena tidak semua anggota PMII itu punya inisiatif untuk mengikuti agenda tersebut, tetapi tak lain mereka juga berpikiran tidak mempunyai teman  dan pengurus mungkin hanya merangkul anggota yang sudah kenal dekat saja.

Dalam agenda kegiatan PMII kurang adanya daya tarik tersendiri untuk para anggota yang masih awam, seperti diskusi informal. Bahkan bisa dihitung dari pengurus maupun anggota yang mengikuti diskusi. Selain diskusi informal juga harus di imbangi dengan diskusi non formal yang biasa disebut dengan “ngopi” yang di dalamnya terdapat diskusi santai sekaligus melakukan pendekatan kepada anggota.

 Selain aktif di PMII, kader PMII biasanya aktif mengikuti intra kampus dan selalu mengesampingkan agenda PMII yang mungkin agendanya bertabrakan dengan kegiatan intra kampus karena kurangnya komunikasi antar pengurus rayon dan pengurus intra atau memang waktu yang tidak bisa dirubah karena sudah dirancang sedemikian rupa. Banyak yang beranggapan bahwa jika ingin masuk intra kampus, salah satu Langkah awal yaitu harus menjadi anggota PMII, maka tak jarang dari mereka yang mengikuti mapaba hanya menginginkan  jabatan di pengurus intra dan menjadikan PMII hanya sebuah batu loncatan saja. Tak heran jika banyak asumsi yang mengatakan PMII hanya unggul dalam segi kuantitas tapi kualitasnya masih kurang.( Wulan Rahmayani- saintek UIN Walisongo )

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *