Dunia dan Cinta. Orang mengatakan keduanya saling menguatkan. Dimana ada cinta disitulah pasti ada dunia, dan terkadang cinta yang membuat seseorang bodoh melihat dunia. Namun cinta pula yang membuat seseorang menyadarkan bahwa dunia itu indah tanpa pembodohan.
Mulai aku masuk Madrasah Aliyah Negeri (MAN) pada pertengahan tahun 2019, Aku sudah mulai mengenali lingkungan sekolah dan berkenalan dengan satu sama lain yang masih asing. Sejak itu, semua masih terlihat biasa saja dan tidak ada yang membuatku tertarik untuk mengenalnya. Rasa suka memang timbul begitu saja tanpa kita tahu alasannya. Setiap pagi aku berangkat dengan tidak semangat berharap ada notif muncul ucapan “semangat sekolahnya” namun itu cuma angan-angan yang tidak mungkin terjadi, pikirku saat itu. Hari demi hari aku jalani hingga tiba dimana aku menatap wajah manisnya yang entah mengapa aku mulai ada rasa suka padanya. Ini bukan tentang fisik tapi juga karakternya. Aku tidak tahu alasan spesifik kenapa aku bisa tertarik padanya. Tapi jiwa dan raga ini tidak pernah henti memikirkannya, sang lelaki kelas sebelah. Aku wanita lemah yang hanya bisa diam mengagumi tanpa tahu harus bagaimana. Ini menjadi pertanyaan besar bagi saya kepadanya, mengapa ?? Padahal seruan sudah dikeraskan dengan maksimal, tapi kenapa dia tak mengendus apakah sudah ada hati yang dia jaga?
Setelah berapa hari lamanya aku mendengar seruan jika dia menyukai wanita lain yang merupakan anak kelas sebelah, aku hanya bisa tersenyum sambil memikirkan apa sih kelebihannya dia? Kenapa memilihnya? Aku marah, kecewa, kesal dengan diriku sendiri. Kenapa aku hanya bisa diam! Kenapa tidak berekspresi! Tidak speak up! Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tidak punya nyali untuk mengungkapkannya.
Selang waktu, tak terduga masa pandemi tiba aku masih saja mengagumi lelaki yang bahkan cuma kenal dan follow instagramnya. Berharap punya kontak WhatsApp-nya namun untuk mengawali pembicaraan pun aku masih gengsi. Hingga rasa ini masih berlarut-larut tanpa tahu bagaimana menghentikannya.
Tiba waktunya kelas 12, pembelajaran tatap muka pun sudah dijalankan. Aku sedih, mengapa? Karena teman dekatku bercerita bahwasannya dia juga menyimpan rasa ke lelaki yang sama sepertiku. Dia mengagumi, ingin memiliki, namun sama sepertiku dia memilih diam. Tapi beruntungnya dia si lelaki tersebut peka untuk mengawali obrolan dengannya, tidak sepertiku yang masih sunyi akan kesepian. Namun sikapnya yang membuatku terus berharap kepadanya. Senyumnya yang begitu candu ketika menyapa, karakternya yang cuek tapi asik, dan wawasan yang luas. Sampai saatnya wisuda, ingin sesekali aku punya kenangan foto bersamanya. Tapi apalah daya aku masih saja gengsi, malu, takut untuk memintanya.
Etsss tapi tenang, semenjak aku pindah ke Kota Semarang berkuliah di UIN Walisongo, saat ini rasa tersebut perlahan mulai hilang, rasa ingin bersamanya pun hilang entah kemana. Aku lega, bisa bebas dari rasa ini yang tidak jelas arah tujuannnya. Tapi rasa tersebut sebenarnya masih ada namun beda orang dan tempatnya saja.
Pasti kalian bertanya-tanya kan? Apakah selama di MAN aku hanya suka satu cowok tersebut? Tentu jawabannya tidak. Aku bukan wanita idiot yang suka dengan satu lelaki dan tidak jelas arahnya. Maksudnya bukan berarti aku tidak cukup dengan satu cowok yaa. Melainkan mengagumi dan mencintai itu adalah dua makna kata yang berbeda.
So, buat kalian yang suka dalam diam itu boleh tapi jangan sampai membuat kalian gila dengan rasa yang tidak jelas tersebut. Tetap mengagumi dengan sewajarnya, jangan berlebihan. Dunia luas tapi apakah cuma satu lelaki tersebut yang engkau harus dapatkan? Tapi itulah yang dulu aku lakukan dan tidak membuahkan hasil, jadi jangan ditiru. Pacaran memang haram dan aku juga tidak membenarkan itu, ambil positifnya saja untuk penyemangat atau apa itu intinya ingat ayat 17:32 . Sukmawati